Rabu, 04 Juni 2008

“ SETELAH MELEWATI PENANTIAN YANG PANJANG DAN MENGALAMI BANYAK TINDAKAN INDUKSI, AKHIRNYA DATANG JUGA SI BUAH HATI “





Karena tidak mengalami kontraksi maupun pembukaan, akhirnya saya memutuskan langsung datang ke RS untuk mengecek kondisi kandungan mengingat usia kandungan yang pada saat itu sudah memasuki usia 41 minggu. Hal ini saya lakukan berdasarkan surat rekomendasi dan referensi dokter kandungan yang diberikan kepada saya pada saat control kandungan terakhir. Dokter mengatakan bahwa apabila pada tanggal 15 Oktober 2007 saya belum merasakan kontraksi maupun belum ada pembukaan sama sekali (tidak ada tanda-tanda akan melahirkan) maka saya diharuskan dating ke RS yang telah ditentukan olehnya. Maka tepat pada tanggal 15 Oktober 2007 jam 09.00 pagi saya, suami serta kedua orang tua saya dating ke RS dengan membawa surat pengantar yang telah diberikan dokter kepada saya sebelumnya. Berdasarkan surat tersebut saya diharuskan untuk menginap di RS tersebut.


Pada jam 09.45 setelah dilakukan cek tekanan darah dan periksa CTG atas instruksi dari dokter, suster melakukan induksi ringan kepada saya dengan cara memasukkan obat induksi berupa pil ke dalam mulut rahim saya, hal ini dikarenakan belum adanya kontraksi maupun pembukaan dari mulut rahim. Setelah beberapa jam suster melakukan pemeriksaan kembali dan berdasarkan hasil CTG didapati bahwa telah terjadi kontraksi yang cukup intens tanpa diikuti pembukaan dari mulut rahim, namun saya tidak merasakan sakit yang saya rasakan hanya lah penegangan pada perut saya. Akibat adanya kontraksi yang cukup intens tanpa adanya pembukaan, akhirnya suster memberikan obat untuk meredakan kontraksi tersebut.


Selasa, 16 Oktober 2007. Saya hanya menunggu dengan cemas tindakan apa lagi yang akan dilakukan suster terhadap saya, mengingat belum adanya kontraksi maupun pembukaan. Ditambah lagi dokter yang tidak kunjung datang dari awal saya tiba. Ia hanya memantau melalui telephone berkomunikasi dengan suster yang jaga. Lagi-lagi suster datang ke ruangan saya untuk mengecek tekanan darah, periksa dalam dan CTG. Kemudian sore harinya suster memberitahukan kepada saya bahwa esok pagi dokter akan datang dan saya akan diberikan tindakan induksi balon dengan tujuan apabila induksi ini berhasil maka dapat membuka dan mempercepat jalan lahir.


Rabu, 17 Oktober 2007 jam 08.00 dokter datang dan langsung memasang balon ke dalam rahim saya, karena belum juga terjadi pembukaan maka dokter merobek mulut rahim saya sebesar 2 cm dengan tujuan untuk membuka jalan lahir. Jadi pada saat balon dipasang, posisi mulut rahim saya sudah mengalami pembukaan 2 dengan harapan apabila induksi balon ini berhasil maka saya akan mengalami pembukaan 4-5 seiring dengan lepasnya balon. Saya sangat lega mendengar dokter berkata demikian. Setidaknya meskipun rasa sakit yang saya alami sangat dasyat dan luar biasa akibat pemasangan induksi balon tadi, saya berharap agar balon tersebut cepat lepas karena apabila balon lepas dengan sendirinya maka saya sudah setengah jalan untuk menuju proses persalinan. Pada saat malam tiba waktunya suster untuk memeriksa kembali keadaan saya. Ternyata menurut suster posisi balon sudah lepas dari mulut rahim, kemudian ia mengatakan kepada saya bahwa ia akan segera mencabut balon tersebut. Saya menjerit kesakitan ketika suster menarik keluar balon dari dalam mulut rahim saya diiringi keluarnya darah. Namun anehnya sebelum suster mencabut balon tersebut saya tidak merasakan adanya sesuatu yang lepas dari mulut rahim saya karena posisi serta rasanya masih sama seperti pada saat dokter memasangnya tadi pagi. Kemudian suster melaporkan hal tersebut kepada dokter. Menurut dokter apabila balon tersebut sudah lepas maka induksi balon berhasil. Suster juga memberitahukan kepada dokter bahwa saya sudah mengalami pembukaan 4. Namun saya tidak merasakan mules seperti yang dikatakan orang-orang bahwa apabila terjadi kontraksi maka perut akan terasa sakit/mules. Saya sangat khawatir dengan kondisi janin saya karena terlalu banyak tindakan dan waktu menunggu yang terlalu lama. Alhamdulillah, menurut suster keadaan bayi saya baik-baik saja namun sebaliknya kondisi saya yang sedikit mengkhawatirkan karena tekanan darah saya naik menjadi 170/90. Mungkin hal ini terjadi karena kondisi saya yang sudah mulai melemah dan stress. Selama saya di rawat, saya menginap di kamar bersalin dimana banyak sekali gangguan yang saya alami. Pikiran saya menjadi tidak tenang karena sering mendengar teriakan dari pasien kamar sebelah dan kamar seberang yang akan melahirkan meskipun suami dan kedua orang tua saya selalu menemani saya secara bergantian tetap saja saya merasa tidak tenang dan tidak nyaman. Kemudian suster datang untuk memberitahukan kepada saya bahwa esok pagi saya akan di induksi infus. Padahal saya sudah bertanya kepada suster kapan dokter akan datang karena sampai kapan saya harus menunggu seperti ini di kamar bersalin tanpa ada keputusan apakah saya akan dioperasi atau tidak mengingat kondisi saya yang sudah lemah dengan tekanan darah yang belum turun juga. Akhirnya saya hanya bisa menerima dengan pasrah apapun kemauan dari dokter.

Pagi harinya tanggal 18 Oktober 2007 jam 07.00, suster memasangkan induksi infuse kepada saya sambil berkata “Tenang aja ini tidak akan lama, biasanya sebelum infuse habis sudah ada reaksi”. Detik demi detik saya menunggu tidak ada reaksi apapun. Sampai akhirnya cairan infuse habis, saya tidak merasakan kontraksi (sakit/mules) sedikit pun yang ada hanya perut saya semakin tegang dan si bayi yang bergerak aktif kesana kemari di dalam perut. Kemudian suster memeriksa tekanan darah, periksa dalam dan CTG. Saya semakin bingung ketika suster bilang kepada saya bahwa pembukaan saya tidak bertambah tetap pada pembukaan 2. Padahal kemarin pada saat balon di cabut, saya sudah mengalami pembukaan 4. Memang suster yang memeriksa saya pada saat balon dicabut berbeda dengan yang memeriksa saya sekarang namun mereka memiliki catatan/record untuk suster yang jaga berikutnya. Lalu suster tersebut melaporkan hasil observasi terakhir kepada dokter via telephone. Setelah itu suster berkata kepada saya bahwa saya akan diinduksi infuse kembali karena dokternya masih penasaran kenapa tidak ada reaksi pada botol pertama. Dokter bilang saya bisa melahirkan normal karena tidak ada kelainan pada bayi saya. Namun, saya memohon kepada susternya untuk menyampaikan pesan kepada dokter mengenai kondisi saya yang semakin melemah dan saya sudah tidak sanggup lagi apabila harus diberikan induksi infuse yang kedua. Ditambah lagi kondisi perut saya yang sudah menegang kencang tapi tidak diiringi dengan kontraksi maupun pembukaan. Keluarga pun sudah memohon untuk dilakukan yang terbaik, apabila operasi adalah jalan yang cepat dan terbaik buat saya sehingga tidak menderita karena terlalu lama menunggu intruksi dari dokter yang tidak kunjung datang, maka keluarga sudah memberikan izin begitu pula dengan suami saya yang sudah stress dan lelah menunggu proses kelahiran yang tidak kunjung tiba dan harus menunggu pula di ruang bersalin selama 4 hari. Akhirnya suster mau memhubungi dokter kembali via telephone dan tiba pula keputusan yang ditunggu-tunggu yaitu dokter akan melakukan operasi cessar terhadap saya, namun tidak malam ini melain esok pagi. Hanya satu kata yang tidak henti-hentinya saya ucapkan yaitu Alhamdulillah…..Allah telah mendengar doa saya. Saya bukannya bahagia karena melahirakn dengan proses operasi namun saya bahagia karena akhirnya saya bisa terbebas dari tindakan-tindakan dokter yang tidak ada habisnya. Apapun proses kelahirannya saya terima dengan ikhlas asalkan bayi saya bisa lahir dengan selamat.


Tanggal 19 Oktober 2007 jam 07.00 saya bersiap-siap untuk menjalani operasi cessar. Setelah mandi, suster datang untuk memasangkan infuse serta menggantikan baju khusus untuk masuk ke ruang operasi. Selama persiapan, saya bertanya kepada suster bahwa bolehkan apabila saya menggunakan softlens pada saat operasi nanti? Namun suster balik bertanya kepada saya kenapa saya harus menggunakan softlens apakah tidak bisa tanpa menggunakan benda tersebut. Kemudian saya bilang ke suster bahwa minus saya lumayan besar yaitu 3.75 dan 4.25 lalu suster tersebut kaget mendengar jawaban saya karena seharusnya kalau dokternya tahu apabila saya memiliki minus yang cukup tinggi maka sudah dari awal masuk ke rumah sakit saya akan langsung menjalani proses persalinan dengan cara operasi cessar, karena dia bilang tidak boleh dengan kondisi minus tinggi untuk melahirkan dengan cara normal karena bisa berakibat fatal pada mata apabila nanti mengejan. Sontak saya kaget sekali mendengar perkataan suster tersebut, ingin marah, kesal rasanya hatinya karena mendapatkan dokter kandungan yang sangat tidak perhatian dengan kondisi mata saya. Padahal setiap control tiap bulan saya selalu menggunakan kacamata, dan seharusnya dokter aware terhadap pasiennya yang berkacamata bahkan tidak sekalipun dokter menanyakan kepada saya tentang minus saya. Tetapi balik lagi saya berfikir, mungkin ini memang ujian buat saya. Allah sayang kepada saya karena telah memberikan ujian dalam proses kelahiran dan Alhamdulillah saya dapat melaluinya dengan baik berkat doa serta dukungan dari suami dan keluarga tercinta. Jam 09.00 pagi saya memasuki ruang operasi, sebelumnya saya dan suami berdoa bersama untuk kelancaran proses persalinan nanti. Alhamdulillah pada jam 09.47 pagi, bayi laki-laki saya lahir dengan selamat dan sehat serta sempurna panca inderanya. Tak lupa suami mengumandangkan adzan di telinga bayi mungil kami. Begitulah sepenggal cerita mengenai proses persalinan saya yang panjang.

Tidak ada komentar: