Selama hamil ibu memerlukan tambahan kalori. Mungkinkah terpenuhi jika ibu hamil berpuasa?
Wanita dewasa usia 19-49 tahun rata-rata membutuhkan energi sebesar 1.800-1.900 kalori per hari. Dalam keadaan hamil, kebutuhan kalori ini bertambah sekitar 300 kkal. Nah, ibu hamil boleh berpuasa jika kebutuhan kalori tersebut tetap terpenuhi dari hari ke hari. Apalagi, sebenarnya dalam puasa Ramadan yang berlaku hanyalah perubahan pola makan utama dari 3x menjadi 2x dalam sehari. Idealnya, setiap individu memiliki pola makan yang teratur berupa 3x menu utama ditambah 2x camilan di antara sarapan, waktu makan siang, dan waktu makan malam.
Dengan begitu, setiap kali makan, ibu hamil dengan BB cukup sebaiknya mengonsumsi 2 porsi nasi, 1 porsi lauk berupa daging/ikan/tahu/tempe 50 gram, sayur 1 porsi dan buah 1 porsi, ditambah 2 gelas susu, serta snack berupa kue ataupun roti isi. Masalahnya, dalam keadaan puasa, menu 2.000 kalori tentu mustahil langsung dibagi 2 sama banyak untuk saat berbuka dan sahur. Apalagi saat sahur biasanya orang kurang berselera makan, tidak lapar dan cenderung mengantuk.
Nah, agar perubahan pola makan selama puasa tidak jadi masalah untuk ibu hamil, hal ini bisa disiasati dengan pembagian porsi menjadi 5x selama rentang waktu berbuka hingga sahur dengan selalu memerhatikan prinsip 4 Sehat 5 Sempurna. Mengapa harus 5 kali? Tak lain karena makan sekaligus banyak juga tak baik bagi metabolisme tubuh, terutama bagi kondisi gula darah. Agar tetap stabil, aturlah waktu makan 5 kali (makan utama dan selingan) di antara waktu berbuka, usai tarawih, dan saat sahur.
HATI-HATI HIPOGLIKEMIA
"Jadi, pada prinsipnya, asalkan kebutuhan kalori ibu hamil tercukupi sebetulnya enggak masalah kok untuk berpuasa," kata Drupadi Dillon MD., Ph.D., dari SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization)–Tropmed (Tropical Medicine) Regional Centre for Community Nutrition, Bagian Gizi FKUI.
Namun, hal itu tidak berlaku jika ibu hamil mengalami hipoglikemia. Inilah yang paling dikhawatirkan. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah hingga mencapai bawah normal (kurang dari 60). Perasaan lapar yang amat sangat hingga ibu hamil merasa pusing dan lemas merupakan sinyal tubuh bahwa kondisi gula darah sudah mendekati hipoglikemia.
* Ibu hamil penderita diabetes karena penderita diabetes amat rentan mengalami hipoglikemia yang akan sangat membahayakan dirinya.
* Ibu hamil yang menderita penyakit serius atau kronis yang mengharuskannya minum obat secara teratur selama jam-jam puasa. Alpa minum obat akan berakibat fatal bagi si ibu maupun janinnya.
* Ibu hamil yang janinnya dinyatakan mengalami IUGR/Intra Uterine Growth Retardation alias keterlambatan pertumbuhan. Memaksakan diri berpuasa sama saja artinya semakin membatasi suplai makanan ke janin yang jelas-jelas pertumbuhannya terhambat akibat adanya kelainan fungsi plasenta.
* Ibu hamil yang mengidap gangguan lambung kronis. Kondisi lambung yang kosong terus-menerus akan membuat asam lambung semakin mengiritasi dan memperparah kondisi lambung. Bila berlanjut bisa saja menimbulkan perforasi atau kebocoran pada dinding lambung.
Dalam kondisi demikian sebaiknya ibu hamil jangan memaksakan diri untuk terus berpuasa.
Hipoglikemia jelas lebih berbahaya ketimbang hiperglikemia (tingginya kadar gula dalam darah), meski kondisi ini bersifat individualistik. Buktinya, ada orang yang kadar gulanya hanya 40 tapi tidak apa-apa. Namun begitu, sikap waspada tetap harus ditunjukkan, karena dalam keadaan normal (tidak sedang hamil dan tidak sedang berpuasa) hipoglikemia bisa mengancam nyawa. Ironisnya, masyarakat luas belum banyak tahu kalau hipoglikemia bisa berdampak sefatal itu.
Berbeda halnya dengan ibu yang tak hamil dan dalam kondisi sehat. Mereka umumnya masih bisa menanggulangi keluhan lapar. Meski merasa lemas dan pusing, tubuh normal yang sehat tidak akan memberi sinyal berupa lapar yang sangat hebat dan tidak sampai jatuh pingsan. Ini lantaran saat kadar glukosa turun, tubuhnya akan langsung bertindak korektif dengan cara memecah lemak atau protein tubuh untuk dijadikan energi gula darah.
* Ibu hamil yang menderita penyakit serius atau kronis yang mengharuskannya minum obat secara teratur selama jam-jam puasa. Alpa minum obat akan berakibat fatal bagi si ibu maupun janinnya.
* Ibu hamil yang janinnya dinyatakan mengalami IUGR/Intra Uterine Growth Retardation alias keterlambatan pertumbuhan. Memaksakan diri berpuasa sama saja artinya semakin membatasi suplai makanan ke janin yang jelas-jelas pertumbuhannya terhambat akibat adanya kelainan fungsi plasenta.
* Ibu hamil yang mengidap gangguan lambung kronis. Kondisi lambung yang kosong terus-menerus akan membuat asam lambung semakin mengiritasi dan memperparah kondisi lambung. Bila berlanjut bisa saja menimbulkan perforasi atau kebocoran pada dinding lambung.
Dalam kondisi demikian sebaiknya ibu hamil jangan memaksakan diri untuk terus berpuasa.
Hipoglikemia jelas lebih berbahaya ketimbang hiperglikemia (tingginya kadar gula dalam darah), meski kondisi ini bersifat individualistik. Buktinya, ada orang yang kadar gulanya hanya 40 tapi tidak apa-apa. Namun begitu, sikap waspada tetap harus ditunjukkan, karena dalam keadaan normal (tidak sedang hamil dan tidak sedang berpuasa) hipoglikemia bisa mengancam nyawa. Ironisnya, masyarakat luas belum banyak tahu kalau hipoglikemia bisa berdampak sefatal itu.
Berbeda halnya dengan ibu yang tak hamil dan dalam kondisi sehat. Mereka umumnya masih bisa menanggulangi keluhan lapar. Meski merasa lemas dan pusing, tubuh normal yang sehat tidak akan memberi sinyal berupa lapar yang sangat hebat dan tidak sampai jatuh pingsan. Ini lantaran saat kadar glukosa turun, tubuhnya akan langsung bertindak korektif dengan cara memecah lemak atau protein tubuh untuk dijadikan energi gula darah.
(Theresia Puspayanti - nakita)
PORSI MAKAN
Pada trimester pertama umumnya akan ada penambahan berat tubuh sebanyak 1 kg yang sepenuhnya tertuju untuk kebutuhan ibu, meski bukan berarti janin dalam kandungannya tidak tumbuh dan tidak membutuhkan suplai makanan. Selama trimester kedua, terjadi penambahan berat sekitar 3 kg. Porsi penambahan berat ini adalah 60% untuk ibu sebagai "tabungan" lemak dan kebutuhan lain, sementara untuk janin sekitar 40%. Sedangkan di trimester ketiga idealnya ada penambahan sebanyak 6 kg, dimana 60% dari penambahan berat tersebut untuk janin, sementara 40% sisanya untuk ibu.
DILARANG BERPUASA JIKA...
* Ibu hamil penderita diabetes karena penderita diabetes amat rentan mengalami hipoglikemia yang akan sangat membahayakan dirinya.
* Ibu hamil yang menderita penyakit serius atau kronis yang mengharuskannya minum obat secara teratur selama jam-jam puasa. Alpa minum obat akan berakibat fatal bagi si ibu maupun janinnya.
* Ibu hamil yang janinnya dinyatakan mengalami IUGR/Intra Uterine Growth Retardation alias keterlambatan pertumbuhan. Memaksakan diri berpuasa sama saja artinya semakin membatasi suplai makanan ke janin yang jelas-jelas pertumbuhannya terhambat akibat adanya kelainan fungsi plasenta.
* Ibu hamil yang mengidap gangguan lambung kronis. Kondisi lambung yang kosong terus-menerus akan membuat asam lambung semakin mengiritasi dan memperparah kondisi lambung. Bila berlanjut bisa saja menimbulkan perforasi atau kebocoran pada dinding lambung.
DAMPAK PADA JANIN
Sejauh ini belum ada penelitian mengenai ada tidaknya imbas negatif ibu berpuasa terhadap janinnya. Dalam arti, apakah fluktuasi kadar gula darah maupun lemak darah ibu selama berpuasa akan memengaruhi metabolisme dan fluktuasi hormon-hormon janin yang selanjutnya akan berpengaruh pada percepatan/perlambatan pertumbuhan janin atau tidak.
TABEL KEBUTUHAN NUTRIEN
Berikut tabel kebutuhan gizi wanita pada umumnya plus tambahan nutrien yang dibutuhkan saat hamil, diambil dari Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 bagi Orang Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar