"Saya, kok, belum ada tanda-tanda melahirkan. Padahal sudah masuk hitungan 40 minggu. Apakah saya harus tetap menunggu kelahiran alami atau meminta dokter untuk melakukan persalinan dengan bantuan? Jika saya biarkan dengan tetap menunggu kelahiran alami, adakah bahayanya bagi janin dan saya sendiri?" tulis seorang ibu lewat surat yang dilayangkan untuk Rubrik Tanya Jawab Kebidanan dan Kandungan nakita.
Dikatakan postdate atau lahir lewat waktu, bila masa gestasi (kehamilan) berlangsung lebih dari 40 minggu atau lebih dari 280 hari dan dapat mencapai 294 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Perlu diketahui, masa kelahiran normal berlangsung antara 36-38 minggu.
Sedangkan masa gestasi kurang dari 32 minggu disebut prematur atau lahir terlalu dini. Angka kejadian postdate di Indonesia mencapai 3,5-14 persen dari total kehamilan per tahun. "Pada persalinan dengan masa gestasi normal, tingkat morbiditas atau angka kesakitan dan mortalitas atau angka kematian sangat kecil. Sementara pada persalinan postdate, angka mortalitas dan morbiditasnya sangat tinggi," terang dr.Hj.Hasnah Siregar, Sp.OG, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta.
Mengingat risiko yang cukup besar, maka orang tua perlu mewaspadai jika persalinan yang diharapkan telah lewat waktu.
"Memang jika fungsi plasentanya masih normal tak akan jadi masalah bagi janin. Namun bila fungsi plasenta menurun, air ketuban pun sudah mulai sedikit, bayi bisa saja keracunan."
KERACUNAN AIR KETUBAN
Jadi, Bu, dampak yang ditimbulkan kehamilan lewat bulan memang sangat membahayakan. Sebab, terang Hasnah, plasenta berfungsi secara maksimal hingga usia kehamilan 38 minggu. "Di atas usia itu fungsi plasenta mulai menurun. Selain itu, jumlah air ketuban juga mulai berkurang."
Jika tak segera diambil tindakan, maka akan meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada janin. "Bisa mencapai 30 persen, lo." Janin bisa saja meninggal karena keracunan air ketuban; bila air ketuban telah berwarna hijau bisa mengakibatkan infeksi pada ibu dan anak.
Mungkin juga bayi yang dilahirkan tetap selamat, tapi lahir dengan temperatur rendah, suhunya tidak stabil, mengalami hipoglikemi (kadar gula menurun), polisitemia (kelainan darah), dan kelainan neurologik akibat air ketuban yang berkurang, nilai APGAR-nya juga bisa rendah. "Itulah mengapa, kalau kita mau melahirkan bayi bermasalah, maka kita selalu konsultasikan dengan neonatolog. Sehingga bisa segera diterapi lebih dini."
Sementara buat ibu sendiri akan berdampak secara psikologis. "Kalau anaknya tak kunjung lahir, terlebih kalau dari perkiraan tanggal yang ditetapkannya semakin jauh. Misalnya, berdasarkan jadwal seharusnya sudah dilahirkan seminggu lalu. Tapi, kok, belum juga lahir. Ibu pasti cemas, kan? Ada apa ini?" Nah, bila ibu stres bukan tak mungkin akan berdampak pada kehamilan.
"Karena stres secara tak langsung akan membuat perdarahan dalam persalinan. Terlebih lagi kalau hisnya memang dipancing lewat induksi, maka dalam persalinan akan timbul perdarahan karena rahimnya tidak mau atomi atau mengkerut kembali." Memang bisa diatasi segera karena biasanya dokter sudah mengantisipasi lebih dulu dengan cara memberi his lebih kuat lagi agar rahimnya mau kontraksi.
MENCATAT TANGGAL TERAKHIR HAID
Kendati bahaya yang mengancam sudah sering terjadi, penyebab persalinan lewat waktu, terang Hasnah, sampai saat ini belum diketahui secara pasti. "Kenapa katup uterus tidak kunjung membuka kendati sudah waktunya janin dilahirkan, sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Semua pendapat para ahli masih perkiraan belaka, kok."
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab, di antaranya ada gangguan pada pertumbuhan bayi dalam rahim, seperti ukuran bayi terlalu besar, sehingga sukar melewati jalan lahir. "Akibatnya ia tak bisa keluar."
Berikutnya, menurunnya fungsi plasenta dan air ketuban. Sebab, menurunnya jumlah air ketuban dan fungsi plasenta akan membuat melemahnya his. "Melemahnya his bisa juga disebabkan penyakit infeksi. Sebab, infeksi membuat daya tahan tubuh lemah, sehingga his pun akan menjadi lemah. Karena tidak kunjung ada his inilah maka persalinan pun akhirnya lewat dari waktu yang diperkirakan." Bisa juga karena ada kelainan pada jalan lahir, yakni terlalu sempit, sehingga bayi tak bisa keluar.
Namun, yang paling kerap terjadi kehamilan lewat bulan karena ibu lupa mencatat haid terakhirnya. Karena itu, sebaiknya ibu hamil mencatat betul tanggal terakhir haid, sehingga tidak terjadi salah perkiraan tanggal lahir. "Memang sebenarnya tak terlalu jadi masalah asal dokter yang menanganinya juga jeli. Karena kalau ibu hamil tidak ingat haid terakhirnya, maka USG harus dilakukan pada usia kehamilan 6-11 minggu. Sebab kalau dilakukan di usia kehamilan tersebut, maka perhitungan umur sangat akurat. Tapi kalau sudah trimester terakhir kehamilan baru dilakukan pencarian dan penentuan umur kehamilan, maka tidak akan akurat lagi."
PEMERIKSAAN USG
Nah, Bu, untuk menghindari terjadi persalinan lewat waktu dibutuhkan manajemen kebidanan yang jeli. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sesuai jadwal. Sampai usia kehamilan 8 bulan dilakukan pemeriksaan sekali sebulan, lewat usia 32 minggu pemeriksaan dilakukan 2 minggu sekali, dan menjelang persalinan seminggu sekali. "Aturan ini harus dipatuhi benar. Sebab, lewat pemeriksaan itulah dokter akan mendeteksi gejala-gejala bila ada sesuatu. Misalnya, bila berat badan janin, kok, tak bertambah. Jangan-jangan air ketubannya berkurang." Lewat pemeriksaan USG akan terlihat bagaimana air ketuban, apakah normal atau tidak. Air ketuban yang normal tebalnya harus lebih dari 1 cm per bidang. "Dari pemeriksaan USG dapat dideteksi lebih dini jika seandainya fungsi plasenta sudah menurun. Sehingga dokter dapat melakukan tindakan lebih lanjut."
Dokter juga akan melihat, apakah plasentanya sudah ada perkapuran atau tidak. Bila ada perkapuran berarti sudah lewat waktu, janin juga mengalami pertumbuhan janin terhambat.
Hal yang bisa dilakukan ibu hamil di rumah sebaiknya menghitung gerakan janin saat usia kehamilan 37 minggu. Gerakan janin yang baik 7 kali per 20 menit lewat rabaan langsung. Sedangkan lewat USG akan terlihat 10 kali gerakan per 20 menit. "Bila kurang dari gerakan normal, jangan-jangan karena air ketubannya sudah kurang atau fungsi plasentanya menurun. Jadi, kalau mencurigai gerakan janin berkurang segera ke dokter, ya, Bu. Apalagi bila ibu tidak merasakan gerakan janin. Dokter biasanya akan melakukan nonstress test dengan alat kardiokortografi. "Tes ini tidak memakai obat-obatan atau segala macam, melainkan hanya memberi alat di perut ibu." Lewat tes ini dokter akan melihat dalam fase apa janin sebenarnya. Mengapa ia tak bergerak? Apakah karena sedang tidur ataukah memang karena sudah sesak akibat menurunnya air ketuban? "Kalau tiadanya gerakan karena gawat janin, maka kita harus cari cara untuk mengakhiri kehamilan dan melahirkannya segera."
Upaya yang dilakukan agar katup uterus segera membuka dan bisa segera lahir adalah dengan cara induksi. Induksi bisa dilakukan dengan berbagai cara; menggunakan polikateter, pemberian prostatglandin, atau dengan infus mulas kalau mulut rahimnya memang sudah matang. Selama induksi, dokter akan memantau setiap 6 jam sekali lewat kardiokortografi. Kalau 6 jam pertama baik, tapi 6 jam selanjutnya anaknya sesak, maka segera dilakukan sesar. "Saat setelah 6 jam berikutnya ternyata tak kunjung juga mau lahir, walau kondisi bayi masih baik, berarti induksi gagal, maka juga harus dilakukan sesar." Induksi justru tak akan dilakukan jika letak bayinya sungsang atau berukuran besar. Sehingga mesti ditempuh jalan sesar.
Selain itu, untuk merangsang agar katup uterus segera membuka, Anda juga bisa melakukannya dengan cara berhubungan intim dengan suami 2 kali seminggu. "Hubungan intim akan memancing mulas karena mengandung prostatglandin. Tapi kadang si suami tak tega sehingga tak mau bersanggama."
Nah, Bu, kini Ibu sudah lebih tahu apa yang harus dilakukan saat kehamilan Anda sudah tergolong lewat waktu. Jadi, jangan malah anteng-anteng saja, ya?
Indah Mulatsih (nakita)
BILA SEMUANYA OKE
Bisa saja setelah kehamilan 38 minggu, fungsi plasenta, air ketuban, keadaan janin semua bagus, hanya saja enggak kunjung lahir. "Kalau sudah begitu, sebaiknya segera datang ke dokter. Dokter akan melakukan nonstres test. Jika semuanya oke, maka dokter akan menunda induksi dan memeriksanya setiap 3 hari, untuk menjaga dari hal-hal tak diinginkan," terang Hasnah. Namun kalau sampai usia 42 minggu belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan, ya, tentu saja akan dilakukan diinduksi. "Bagaimanapun akan lebih banyak ruginya bila janin masih berada dalam rahim. Jadi, lebih baik anak itu berada di luar."
Begitu usia kehamilan di atas 40 minggu, maka kelahiran akan lebih berisiko. Sebab, seperti kita tahu, perkembangan fungsi plasenta hanya sampai 38 minggu. Selanjutnya tidak berkembang lagi dan justru mengalami penuaan. "Hal ini mengakibatkan fungsi atau kemampuan plasenta akan semakin menurun." Kondisi ini sangat bahaya karena menurunnya kemampuan plasenta mengakibatkan kotoran tidak tersaring sempurna oleh plasenta sehingga akan menjadi plak-plak dan menumpuk di dinding plasenta. "Plak ini akan menjadi benda asing yang akan diserang oleh imunitas tubuh ibu. Selain itu, benda asing ini akan jadi racun, sehingga berbahaya buat janin."
CIRI-CIRI BAYI
Menurut Hasnah, bayi yang dilahirkan lewat waktu mempunyai tiga ciri, yaitu:
* Stadium 1
Kondisi air ketuban masih cukup bagus, hanya lewat waktu saja. Bayi yang dilahirkan pada keadaan ini akan kehilangan fernis casiosa di kulitnya. Jadi, lemak di kulitnya hilang sehingga kulit menjadi licin, kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
* Stadium 2
Air ketuban sudah semakin sedikit, sehingga membuat bayi sesak dan mengalami hipoksia. Pada kondisi ini, kulit bayi akan berwarna hijau.
* Stadium 3
sudah semakin sedikit, sehingga bayi akan semakin hipoksia. Pada kondisi ini bayi akan terlihat kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusatnya.
"Jarang sekali terjadi hingga stadium 3. Sebab, baru stadium 1 pun bayi sudah segera dilahirkan, sehingga tak sampai terjadi seperti itu." Bila sudah stadium 3, maka perawatannya akan memakan waktu lama. "Terlebih bila paru-parunya sudah terganggu, dan karena ia lama mengalami hipoksia, maka bisa saja ia mengalami hipoksia kronis. Sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan setelah besar akan mengalami gangguan perkembangan." Lain halnya jika masih stadium 1, maka dengan diperbaiki kondisinya, serta gizinya (lewat ASI) tercukupi, dalam beberapa minggu, maka bayi pun akan kembali normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar