Sering, kan, ibu hamil lupa cara mengejan saat proses persalinan tiba. Akibatnya bukan cuma capek bagi ibu, tapi bayi pun tak kunjung keluar.
Jadi, Bu, mengejan berperan penting dalam proses kelahiran seorang bayi melalui persalinan normal. Jika ibu salah melakukannya, ujar dr. H. Hendy Mochtar, SpOG, leher, muka, dan mata ibu bisa merah akibat pembuluh darah yang melebar di daerah tersebut. "Karena mengejannya seperti orang meniup balon sehingga mengakibatkan lehernya sakit dan memerah." Kendati jarang terjadi, hal tersebut bisa mengakibatkan pecahnya pembuluh darah karena elastisitas pembuluh darahnya tidak kuat. "Untunglah jarang terjadi. Sebab, biasanya begitu cara mengejannya salah, penolong persalinan segera mengoreksinya atau mengarahkannya agar benar."
Yang sangat fatal, terang Hendy, justru dampak buat sang bayi. "Bayi tak segera lahir sehingga bisa terjadi gawat janin. Ia bisa kekurangan oksigen. Kalau bayinya sudah nongol di ujung jalan lahir, sementara ibunya sudah kehabisan tenaga akibat mengejan yang salah, maka dokter akan membantu kelahiran bayinya dengan alat vakum atau forcep."
TEPAT CARA
Lantas, bagaimana cara mengejan yang benar? "Mengejanlah seperti hendak mengeluarkan BAB. Jangan seperti orang meniup balon," tukas ahli kebidanan dan kandungan dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Jadi, tandas Hendy, tarik napas dalam selama kontraksi terjadi, kemudian mengejanlah sekuat mungkin. "Jangan keburu panik. Justru ibu harus melakukannya dengan tenang." Sebab, dorongan yang panik hanya akan menghamburkan tenaga karena sedikit saja kemajuan yang dicapai.
Tak heran, kan, proses persalinan membutuhkan support dari suami atau keluarga terdekatnya. "Tak ada salahnya suami atau ibunya masuk ke kamar bersalin untuk memberi support pada ibu yang bersalin. Dengan kehadiran orang terdekat biasanya ibu merasa nyaman, sehingga persalinan pun bisa berjalan lancar."
Yang perlu diperhatikan pula, terang Hendy, jika ingin menghasilkan dorongan yang efektif, maka kepala ibu saat mengejan sebaiknya menunduk hingga dagu menyentuh dada bagian atas, selanjutnya mata diarahkan ke pusar. Dengan cara demikian, maka dijamin bayi pun akan keluar dengan cepat. Namun ingat, lo, Bu, saat membungkukkan badan, jangan mengangkat pantat atau paha karena perineum bisa robek.
Pilihlah posisi tubuh paling nyaman bagi ibu. Jika ingin setengah duduk, silakan. Setengah berdiri, jongkok, atau miring pun silakan. "Asal jangan tidur terlentang mendatar karena mengakibatkan aliran darah dan oksigen ke arah janin berkurang."
Ibu pun boleh-boleh saja berteriak setelah mengejan dilakukan bila memang menghendaki. "Ada, kan, ibu yang ingin mengeluarkan suara demi melepaskan ketegangannya."
Tapi, ingat, ya, Bu, jangan terlalu lama mengejan. Jika sekali mengejan bayi tak langsung keluar, ulangi lagi. "Jangan dipaksakan mengejan terlalu lama hingga kehabisan napas. Lebih baik, mengejanlah pendek-pendek kurang lebih 10 detik. Kalau kontraksinya masih ada, ulangi lagi mengejannya." Tujuannya agar bayi tak keburu kehabisan oksigen. Ingat, saat kontraksi terjadi, maka pembuluh darah pun terjepit. Otomatis, oksigenisasi ke bayi pun berkurang.
Terlebih lagi, tekanan pada pembuluh darah pun akan bertambah. Bukan itu saja, saat mengejan tak ada pemasukan oksigen buat si ibu. Tak heran, jika mengejannya lama, napas ibu ikut tersengal-sengal, bukan? "Jadi, makin lama mengejan makin lama pula tidak ada oksigen masuk. Akibatnya, janin pun bisa gawat." Karena itu, lakukan tarik napas dalam, lantas mengejan. Tarik napas lagi, mengejan lagi. Begitu, ya, Bu!
Nah, jika kontraksi berhenti, sebaiknya hentikan kegiatan mengejan. Istirahat saja dan atur napas. "Cobalah minum air manis atau madu untuk menambah tenaga. Saat kontraksi datang lagi, mulailah tarik napas dan mengejan lagi."
TEPAT WAKTU
Bukan cuma caranya saja yang harus benar, lo, tapi mengejan pun harus dilakukan tepat waktu. "Tak bisa sembarangan dilakukan kalau waktunya belum tiba. Sebab, bila hal ini dilakukan, maka akan menguras tenaga ibu terlebih dulu."
Kita tahu, proses persalinan dibagi dalam beberapa kala; kala satu sampai kala empat. Pada kala satu, terjadi pembukaan pintu jalan lahir dari 0 hingga lengkap/10 cm. "Proses pembukaan sampai lengkap ini membutuhkan waktu sangat lama, bisa 10-14 jam."
Kala dua dikenal sebagai kala pengeluaran bayi. Biasanya waktunya lebih singkat dibandingkan kala satu; 1-2 jam. Kala tiga atau kala uri yaitu persalinan plasenta atau ari-ari. Sedangkan kala empat dilakukan observasi 2 jam setelah pasca melahirkan.
Nah, waktu yang tepat untuk mengejan dilakukan pada saat kala dua. "Dengan adanya his yang adekuat, maka bayi meluncur atau terdorong ke bawah. Dengan demikian, jalan lahir pun semakin lama semakin membuka." Nah, setelah pembukaan lengkap, ibu baru boleh mengejan. Karena saat itu, bayi sudah siap keluar melalui jalan lahir. Dengan begitu, dorongan kuat dari ibu akan membantu bayi keluar melalui jalan lahir dengan baik. Sebelumnya, dokter akan melakukan bantuan dengan membuat episiotomi (guntingan antara lubang kemaluan dan dubur) untuk memudahkan keluarnya kepala bayi. Jika tahap pengeluaran kepala bayi sudah terlewati, maka bagian tubuh lain akan keluar dengan waktu relatif lebih singkat.
Jadi, Bu, mengejan jangan dilakukan pada saat kala satu, misal saat pembukaan masih 7 atau 8. "Itu sia-sia belaka, bayi tak bakalan keluar, wong pembukaannya belum lengkap." Justru tenaga ibu bisa habis duluan. Pokoknya, terang Hendy, ciri-ciri datangnya kala dua adalah: ada dorongan mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, serta kepala bayi sudah ada di dasar panggul.
Memang, terang Hendy, tak jarang dorongan mengejan datang sebelum pembukaan lengkap; timbul akibat adanya dorongan kepala bayi ke anus, sehingga ibu seakan-akan ingin BAB. "Hal inilah yang sering membuat ibu frustrasi. Karena sudah ada dorongan ingin mengejan, tapi belum juga ada intruksi untuk mengejan."
Saat dorongan mengejan tiba, maka penolong persalinan akan melihat pembukaannya. Kendati sudah terjadi pembukaan lengkap bukan berarti langsung harus mengejan, lo. "Mengejanlah saat datangnya mulas atau kontraksi. Kalau belum ada, ya, jangan dulu mengejan. Nanti kehabisan tenaga."
Bila ibu kehabisan tenaga, maka harus segera diperbaiki agar tak menghambat proses persalinan itu sendiri. "Kalau ia kehabisan cairan akan diberikan cairan elektrolit. Kalau tenaganya habis, akan diberi kalori biar segar kembali. Kalau hisnya kurang, akan diberi akselerasi."
Nah, Bu, tak terlalu sulit, kan? Jadi, jangan panik, ya, Bu, agar segalanya berjalan lancar.
Indah Mulatsih (nakita)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar