Saat tak ada kemajuan, induksi diperlukan agar janin bisa dikeluarkan secara normal. Tak perlu khawatir, kok, Bu, karena dampaknya sudah diminimalisir, baik buat ibu maupun janin.
"Belum lahir. Dokter akan memberi infus mulas untuk merangsang kontraksi," cerita seorang bapak di ruang tunggu sebuah rumah sakit bersalin. Sering, kan, kita mendengar ibu yang akan melahirkan diberi infus mulas dengan tujuan tertentu. Sebenarnya, apa, sih, infus mulas dan mengapa harus diberikan? Mari kita simak penjelasan dr. Nasdaldy, SpOG, dari RSIA Hermina.
Infus mulas dalam dunia kedokteran lebih dikenal dengan induksi persalinan. "Memang bisa diberikan pada pasien yang hendak melahirkan dengan cara normal. Namun, tidak semua persalinan normal membutuhkan induksi." Seperti sudah disebutkan di atas, induksi persalinan bertujuan menimbulkan his/kontraksi. Jadi, kala hisnya bagus, ya, tidak dibutuhkan induksi.
Jadi, induksi hanya diberikan dalam keadaan tertentu.
Pertama, bila usia kehamilan sudah melewati batas. "Misal, usia kehamilan sudah 41 minggu, tapi belum juga menunjukkan tanda-tanda persalinan. Kalau hal ini dibiarkan, dikhawatirkan fungsi plasenta akan menurun. Padahal bila fungsi plasenta buruk, tentu kondisi janin pun memburuk karena suplai oksigen berkurang. Untuk itu, kita beri ibu induksi agar timbul kontraksi, sehingga janin bisa dilahirkan."
Keadaan kedua, sebagai akselerasi persalinan; jika persalinan sudah melewati batas waktu tertentu diperlukan adanya induksi untuk mempercepat persalinan itu sendiri. Dalam suatu persalinan, terlebih pada persalinan anak pertama, biasanya proses persalinan berlangsung sangat lama, bisa sampai lebih dari 24 jam. Kalau lebih dari 24 jam dikhawatirkan akan timbul penyulit pada bayi, misalnya, bayi jadi stres sehingga lahir dengan kondisi kurang bagus. "Nah, jika partogram yaitu skema untuk menilai atau melihat kemajuan persalinan menunjukkan suatu keterlambatan dalam proses persalinan, maka dokter biasanya segera melakukan tindakan induksi untuk mempercepat proses persalinan tersebut."
Keadaan lain yang mengharuskan pemberian induksi bila pada awal proses persalinan, hisnya cukup bagus. Tapi pada pembukaan lengkap, kala ia membutuhkan his yang lebih kuat, hisnya ternyata kurang. "Nah, untuk kasus seperti ini, maka induksi pun dilakukan agar hisnya bertambah kuat."
Induksi juga dilakukan sebagai akselerasi untuk kasus persalinan dengan ketuban pecah dini; ketuban pecah pada pembukaan kurang dari 5 cm. Jika terjadi ketuban pecah, maka kemungkinan terjadi infeksi pada bayi akan lebih besar. Karena itu, tak ada cara lain, bayi harus cepat dilahirkan. "Sehingga walau belum ada his, kita harus mengupayakan ada his, tidak sampai menunggu waktu 24 jam."
TAK BOLEH INDUKSI
Kendati begitu, Bu, tak semua pasien boleh diinduksi, sekalipun mengalami gangguan persalinan. Ada beberapa kasus yang tidak boleh diinduksi, di antaranya keadaan janin. Dokter akan melihat apakah janinnya layak atau tidak untuk dilakukan induksi? Kalau diperkirakan bakal terjadi gawat janin, maka tak akan dilakukan induksi. Karena itu, sebelum induksi akan dilakukan CTG kardiotopografi. "Dari situ kami bisa melihat janin ini layak diinduksi atau tidak. Tapi kalau ada tanda-tanda bayi tak kuat, ya, tak jadi diinduksi. Misalnya, variabelitas jantungnya kelihatan rendah sekali. Sehingga lebih baik langsung diambil tindakan sesar."
Induksi juga tidak akan dilakukan bila bayi terlilit tali pusat. "Karena dengan induksi maka lilitannya bisa tambah kuat."
Kecuali itu, ibu yang pernah operasi sesar sebaiknya tidak diinduksi. "Bila kontraksi semakin kuat, luka bekas operasi bisa robek. Sehingga bisa menimbulkan perdarahan." Namun bukan berarti bahwa ibu yang pernah operasi sesar harus sesar lagi saat kelahiran bayi berikutnya, lho. "Bila persalinannya berjalan mulus, tidak ada gangguan persalinan sehingga membutuhkan induksi, tentu saja kendati pernah operasi sesar, ibu tetap dapat bersalin secara normal, kok. Hanya, kalau di tengah persalinan normal ternyata ia membutuhkan induksi, maka tidak disarankan diinduksi, tapi langsung disesar kembali."
Pada kasus kelainan letak janin, seperti janin letak lintang, masih kontroversi. Ada sebagian dokter mengatakan boleh dan ada yang tidak boleh. "Namun saya termasuk yang tidak menganjurkan. Sebab, persalinan bayi sungsang memiliki kemungkinan risiko kematian janin 3-4 kali. Karena pada letak sungsang yang lahir duluan adalah pantat. Nah, belum tentu saat pantat masuk, maka kepala bisa lancar lahir, kan? Jadi, lebih baik langsung operasi."
BISA GAGAL
Tentu saja, Bu, tak semua induksi berjalan lancar. Induksi akan gagal bila rahim refrakter/tak bergeming terhadap rangsangan. Sehingga kendati diberikan induksi, rahim tak memberikan respon. Kalau terjadi kegagalan seperti itu biasanya dokter akan melakukan operasi sesar. Kecuali, untuk kasus usia kehamilan telah lewat bulan, tapi proses persalinan belum dimulai, dan ketuban belum pecah. "Bila induksi pertama gagal, biasanya kita akan menunggu, tidak langsung dilakukan operasi. Artinya, ibu diistirahatkan dulu dan keesokan harinya dicoba induksi lagi." Tapi, induksi hanya boleh dilakukan tidak lebih dari 2 kali. "Kalau lebih, dikhawatirkan akan terjadi stres berlebihan pada bayi. Akibatnya, nilai apgar buruk, bisa timbul infeksi paru, tubuh kuning, dan sebagainya."
Namun jangan terlalu khawatir, ya, Bu, selama induksi dilakukan dengan pengawasan dokter, terlebih kalau dilakukan dengan aturan yang benar, maka dampak pada bayi dapat diminimalisir, kok. Selain itu, karena obat induksi berupa infus, maka pemasukkannya pun bisa diatur. "Kalau ada tanda-tanda ruptur atau kontraksi berlebihan, sehingga ibu kesakitan, maka pemberian infus pun bisa dihentikan."
Demikian pula kalau terdapat tanda-tanda gawat janin, misalnya, bayi menunjukkan stres atau jantungnya melemah, maka infus harus dihentikan dan persalinan diteruskan dengan sesar.
Keberhasilan induksi juga sangat tergantung dari serviks score. Artinya, akan dilihat kematangan mulut rahimnya. Misalnya, apakah sudah mulai lunak, mendatar, membuka, dan sebagainya. "Nah, kalau scorenya bagus, di atas angka 5, maka induksi akan semakin berhasil. Tapi kalau scorenya rendah, maka keberhasilan induksi hanya sebatas 15 persen." Termasuk pula pada pasien ketuban pecah dini bisa saja serviks scorenya rendah. Untuk itu, kemungkinan induksi mengalami kegagalan sangat besar. "Jadi, bila tak mengalami kemajuan, harus segera dioperasi."
DAMPAK BUAT IBU
Kendati sudah diminimalisir, dampak induksi persalinan bukan berarti tak ada sama sekali. "Tetap ada, terutama pada ibu berupa perdarahan yang terjadi sesudah persalinan." Induksi ini, kan, memakai obat rangsang, yang merangsang agar timbul his. Nah, semua obat rangsang, setelah efek rangsangnya habis, akan menimbulkan reaksi yang berlawanan. "Seperti halnya kalau kita minum kopi untuk menahan kantuk. Setelah efeknya habis, maka yang terjadi justru kita merasa mengantuk yang luar biasa sekali." Nah, infus ini pun sama saja. Setelah tidak ada efeknya, maka terjadi sebaliknya.
"Artinya, yang tadinya membuat rangsangan jadi berlebihan, sehingga kontraksi kuat sekali, maka setelah efeknya habis, maka kontraksinya jadi lemah atau bahkan tidak ada kontraksi sama sekali. Jadi, seakan-akan rahimnya sudah kecapekan." Padahal, kontraksi tetap dibutuhkan setelah persalinan, untuk mengerutkan rahim kembali ke keadaan semula. "Kalau tidak ada kontraksi, bagaimana rahim bisa mengerut kembali. Akibatnya, timbullah perdarahan. Karena saluran darah masih terbuka, belum menutup kembali."
Untuk menghindari perdarahan, dokter biasanya akan mengantisipasinya dengan memberikan induksi ulang sesudah persalinan. "Diberikan dengan dosis yang lebih besar. Dengan demikian kontraksi tetap kuat." Tentu saja pemberian dosis yang lebih besar tak akan berbahaya, toh, janin sudah lahir.
Jadi, Bu, mengapa harus takut saat harus diinduksi. Toh, itu semua diberikan untuk kebaikan Ibu dan janin.
Indah Mulatsih (nakita)
FAKTOR PSIKOLOGIS
His tak adekuat bisa disebabkan berbagai hal, di antaranya ibu kurang gizi, hemoglobin rendah, atau karena faktor psikologis. "Misalnya, ia ketakutan dalam menghadapi persalinan. Hal ini bisa membuat ibu hamil tak kuat dalam melakukan kontraksi," terang Nasdaldy.
Itulah mengapa, sebaiknya selama pemeriksaan kehamilan, ikuti selalu petunjuk dokter. Ibu hamil penting menjaga gizi, aktivitas yang bisa dilakukan, senam hamil, dan sebagainya. Terutama mempersiapkan mental yang memegang peranan penting dalam persiapan persalinan. "Salah-salah kalau ibu beranggapan bahwa persalinan itu sakit, belum apa-apa ia sudah tidak kuat duluan."
TAKARAN OBAT
Bahan yang digunakan infus ini adalah golongan obat oksitosin. Awalnya, akan diberikan sejumlah 5 unit yang dimasukkan dalam satu botol/500 cc cairan. "Kami berikan secara bertahap. Mula-mula 8 tetes per menit. Tiap seperempat jam kami naikkan jadi 16 tetes, dan seterusnya, hingga mencapai his yang bagus atau adekuat," jelas Nasdaldy.
Namun, kadar maksimal tetesan adalah 40 tetes per menit. "Kalau lebih dari 40 tetes, dikhawatirkan akan terjadi tetani atau hiperkontraksi yaitu kontraksi terus-menerus." Sebab, jika terjadi hiperkontraksi, dikhawatirkan rahim bisa ruptur/pecah. Selain itu, dikhawatirkan juga terjadi pembekuan darah pada janin.
Biasanya dokter mempunyai obat untuk menetralisir dampak tersebut. "Kalau mengalami hiperkontraksi, maka dokter akan memberikan obat antinya, untuk mengurangi dampak kontraksi yang berlebihan. Obat itu juga sekaligus untuk menghilangkan dampak lebih buruk pada bayi." Namun kalau obat ini diberikan, berarti persalinan tidak bisa diteruskan secara normal, melainkan harus dioperasi.
Rabu, 04 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar