Rabu, 04 Juni 2008

JALAN LAHIR TAK KUNJUNG MEMBUKA

Jangan bingung apalagi panik, Bu-Pak. Bisa jadi karena belum sampai pada fase proses persalinan.

Tak jarang terjadi, ibu merasakan perutnya sudah mulas, dan kesakitan setengah mati, namun persalinan tak jua tiba. Bahkan, mulasnya sudah berlangsung dua hari pun, dokter dan perawat masih bilang, "Sabar saja, Bu, belum ada pembukaan. Tunggu pembukaan maju dulu." Sebenarnya, mengapa pembukaan tak kunjung maju?

"Itu bisa dipengaruhi oleh berbagai sebab," ujar dr. J.M. Seno Ajie, SpOG dari Bagian Obstetri dan Ginekologi, FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Yang jelas, proses persalinan ditentukan 3 faktor penting, yaitu power atau kekuatan yang mendorong janin keluar (dikenal juga dengan istilah kontraksi atau his); passanger atau bayinya; dan passage atau jalan lahir.
Nah, agar persalinan berjalan baik, ketiga hal ini harus dalam kondisi baik pula. Artinya, ukuran bayi sesuai jalan lahirnya agar bisa keluar; power-nya harus kuat dan teratur hingga mampu membuka jalan lahir sampai penuh dan sempurna; jalan lahir pun tak ada kelainan hingga bayi bisa keluar dengan sempurna.

POWER

Jadi, bila belum ada pembukaan, harus dilihat kontraksinya, ya; apakah masih jarang atau sudah berangsur terus. Bukankah tanpa kekuatan yang bagus dan teratur, tak mungkin bisa membuka jalan lahir?

Lebih lanjut diterangkan Seno, proses persalinan dibagi dalam 3 kala: kala satu persalinan, yaitu periode mulai persalinan hingga pembukaan lengkap mulut rahim; kala dua persalinan, yaitu periode dari pembukaan lengkap hingga kelahiran; dan kala tiga persalinan, yaitu periode dari kelahiran janin sampai pengeluaran plasenta.

Kala satu dibagi lagi jadi fase laten/awal dan fase aktif. Yang dimaksud fase laten bila pembukaannya antara 0-3 cm, sedangkan fase aktif bila pembukaannya 3 cm atau lebih hingga lengkap (10 cm). Nah, kontraksi di fase awal, biasanya masih lemah; 1-2 kali dalam waktu 10 menit. Baru di fase aktif, his seharusnya makin kuat semisal 4-5 kali dalam waktu 10 menit.
Jadi, pada fase persalinan, ibu mengalami proses kontraksi yang teratur dan progresif/tak berkurang lagi. Pertama 10 menit sekali, lalu dalam 2-3 jam meningkat jadi 2 kali per 10 menit, dan dua jam selanjutnya kontraksi makin kuat jadi 4-5 kali dalam 10 menit, misal. "Tapi bila power-nya kurang bagus, tentu saja persalinan tak bisa maju. Pembukaan pun jadi terhambat."

Adapun penyebab power kurang bagus bisa dikarenakan banyak hal:

1. Inersia atau kontraksi tak sesuai fasenya. Biasanya disebabkan kelainan fisik, entah karena si ibu kurang gizi, anemia, penyakit berat (hepatitis berat, TBC), atau ada kelainan di rahim semisal mioma. Inersia ini ada 2 macam, yaitu primer dan sekunder. Disebut primer bila sama sekali tak terjadi kontraksi. Jadi, kelemahan kontraksi dimulai sejak awal persalinan. Sedangkan inersia sekunder, kontraksi pada awalnya bagus, yaitu kuat dan teratur, lantas hilang. Nah, yang sekunder inilah kerap terjadi pada ibu hamil.
2. Takisistol atau kontraksi yang terlalu sering hingga tak efektif.
3. Inkoordinat, yaitu kontraksi tak teratur atau berubah-ubah. Jadi, tak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Misal, di bagian atas terjadi kontraksi, tapi bagian tengah tidak, hingga persalinan tak dapat maju. Biasanya karena ada mioma atau ketuban pecah duluan.
4. Tetanik atau kontraksi yang tak henti-henti. Jadi, kontraksinya terlalu kuat dan terlalu sering, hingga tak ada relaksasi rahim. Biasanya karena ada ari-ari yang lepas.
Kelainan his/kontraksi ini bisa dideteksi lewat partogram, yaitu grafik yang dijadikan tolok ukur untuk melahirkan. "Alat ini untuk menentukan lama tidaknya proses persalinan. Lewat partogram pula kita bisa menentukan, bisa tidak persalinan diteruskan untuk persalinan normal atau segera diambil tindakan operasi."

PASSANGER DAN PASSAGE

Jikapun power-nya bagus, tapi bila bayinya besar sekali atau tak sesuai ukuran panggul ibu, pembukaan pun tak maju-maju karena si bayi ketahan di atas terus. Misal, berat janin hingga 5 kg. Walau panggul ibunya normal, tetap saja susah keluarnya. Alhasil, pembukaannya pun terpengaruh.

Selain ukuran, juga bisa jadi karena posisi bayi yang salah. Misal, posisi melintang atau posisi kepala berubah hingga tertahan di tulang-tulang panggul atau mengalami distosia (kemacetan persalinan). "Yang normal, kan, lahir dengan posisi kepala belakang duluan yang keluar atau posisi menunduk. Nah, kalau posisinya berubah, misal, kepalanya jadi tengadah, maka diameter yang masuk ke panggul yang terbesar jadi enggak muat."

Bisa jadi, bayinya enggak ada masalah dan kontraksi juga bagus, tapi passage atau tulang punggung si ibu yang bermasalah. Misal, terlalu sempit atau bentuknya tak sempurna gara-gara pernah kecelakaan seperti bengkok atau berbentuk segitiga. Panggul wanita yang normal berbentuk ginekoid. "Panggul normal pun bisa saja dinilai sempit jika diperimbangkan dengan janinnya. Misal, jika janinnya terlalu besar hingga tak muat juga."

Selain panggul, distosia servikalis juga termasuk passage yang bisa menghambat pembukaan. "Pembukaan itu, kan, ditentukan seberapa besar serviks atau jalan lahir membuka. Nah, kadang ada serviks yang sukar membuka hingga proses pembukaan pun jadi terhambat." Sayang, keadaan serviks sukar membuka ini sampai sekarang tak diketahui penyebabnya. Tapi tak usah cemas, hal ini sangat jarang, kok. Bisa jadi faktor bawaan si ibu atau ada kelainan tertentu di daerah serviks yang membuat serviksnya kaku. Entah kelainan akibat infeksi yang kronis atau trauma (pernah robek, misal).

PERSALINAN PALSU

Selain ada hambatan pada salah satu atau semua ketiga faktor di atas, tak ada pembukaan juga bisa disebabkan memang belum tibanya si ibu pada fase persalinan. "Dia baru merasakan persalinan palsu," bilang Seno.

Memang, pada persalinan palsu pun kita merasakan mulas seperti persalinan sesungguhnya. Namun ingat, mulas itu, kan, subjektif. Ada yang baru mulas sedikit saja sudah teriak kesakitan, ada pula yang mulasnya sudah keras namun si ibu tetang-tenang saja, "ia hanya merasa perutnya makin kencang." Nah, pada persalinan palsu, biasanya dari rumah sudah terasa mulas yang hebat, tapi setelah diobservasi beberapa jam ternyata mulasnya menghilang sendiri.
Karena namanya persalinan palsu, maka pembukaannya juga enggak ada. Namun tak jarang si ibu tetap ngotot minta dirawat di RS karena merasa sudah mulas. Padahal, ditungguin seharian bahkan dua hari juga kalau memang belum memasuki fase persalinan, tetap saja tak kunjung ada pembukaan. Bahkan ada yang marah, lo, sudah tiga hari, kok, tak lahir-lahir. Ya, karena memang belum waktunya lahir. Nah, kalau hari keempat ia lahir, bukan karena proses persalinannya yang lama atau ada kelainan di pembukaannya, tapi memang baru tiba fase persalinannya di hari ke-4 itu. Sementara yang 3 hari sebelumnya itu palsu.
Jadi, saran Seno, bila mulai terasa mulas sebaiknya diobservasi di depan jam. "Jika mulasnya tak berhenti-henti, ya, segera datang ke RS."

Berikut tanda-tanda memasuki fase proses persalinan:
* Nyeri perut disertai kontraksi. Kontraksi makin kuat dan lebih sering pada persalinan yang makin maju.
* Penipisan serviks/mulut rahim dan keluar bercak dari vagina atau bloody show.
* Pecahnya selaput ketuban. Keluarnya cairan ketuban dari vagina dapat mengawali timbulnya persalinan.
* Mengalami sensasi mengejan, terutama terjadi pada kala dua persalinan. Karena kepala bayi sudah menurun, maka ada tekanan pada anus, hingga memberi sensasi pada ibu bahwa ia perlu mengejan.

Sementara tanda-tanda persalinan palsu adalah:
* Kontraksi berlangsung sementara, waktunya juga tak teratur.
* Tak ada tanda-tanda kemajuan kontraksi, artinya kontraksi tak bertambah cepat dan kuat.
* Nyeri pada persalinan palsu tampak lebih tak beraturan dan lebih terlokalisir di perut daripada di punggung.
* Serviks tak mengalami penipisan atau pembukaan serviks.
* Dengan usapan atau berjalan, kontraksi hilang sendiri.

DILAKUKAN SESAR

Bila memang tiadanya pembukaan lantaran belum masuk fase persalinan, maka fase ini akan ditunggu. "Umumnya dokter akan menunggu pembukaan secara alamiah. Kecuali kalau diketahui ada kelainan pada proses persalinannya," terang Seno.

Bila ada gangguan di power, passage, atau passanger-nya, maka tindakan selanjutnya disesuaikan dari hasil observasi dokter. "Jadi, dokternya akan menilai, apakah sudah waktunya bersalin atau belum. Kalau hisnya sesuai dengan proses persalinan akhir, terus pembukaannya tak ada, maka harus dicari masalahnya. Bisa jadi, bayinya melintang atau posisi kepalanya tak bagus atau faktor serviksnya yang kaku. Dari situ dokter akan memutuskan apakah perlu dilakukan tindakan sesar atau tidak."

Soalnya, bila persalinan terus dibiarkan tanpa ada pembukaan, rahim bisa menjadi ruptur/robek. Kalau hal ini yang terjadi bisa mengakibatkan kematian pada anak dan ibunya. "Bayangin saja, sementara sudah waktunya lahir, tapi kepala tak turun-turun, dinding rahim akan semakin menipis, maka kepala bayi bisa keluar ke perut. Ini, kan, bahaya untuk bayi dan ibu. Bayinya bisa meninggal dan ibunya bisa perdarahan, yang bisa membawa ke kematian pula."

Selain itu, bayi pun bisa afiksia atau gawat janin. Sebab, pada kontraksi yang terlalu lama, nutrisi dari ibu ke janin bisa terganggu hingga oksigenasi pada bayi juga berkurang. Otomatis, suplai darah ke otak bayi pun kurang hingga membawa dampak bagi perkembangan otak si bayi selanjutnya. "Kalau secara medis janinnya menunjukkan kegawatan pada persalinan yang masih berlangsung lama, tentunya bayi harus segera dikeluarkan supaya tak kekurangan oksigen." Terlebih bila ketubannya juga sudah jadi hijau.

Tak hanya itu, jalan lahir pun bisa rusak. Coba saja bayangkan; bila jalan lahir sudah kegencet lama hingga 4-5 jam, kan, jalan lahir itu bisa kekurangan oksigen. Akibatnya, hancur. Apalagi di atas saluran jalan lahir ada saluran kencing. Otomatis saluran kencing juga bisa rusak hingga si ibu jadi tak bisa kencing beberapa hari.

Nah, Bu, kini sudah lebih paham, kan? Tentu Bapak pun perlu memahaminya agar tak panik kala Ibu sudah mulas dan kesakitan sekali namun sang buah hati belum juga mau lahir.

Indah Mulatsih (Nakita)

AGAR PERSALINAN TAK MENEGANGKAN

1. Tentu ibu harus rajin kontrol selama hamil. Selain untuk mengetahui tumbuh-kembang janin, juga bisa diketahui apakah janinnya terlalu besar untuk ukuran panggul ibu atau tidak. Jadi, bila taksiran bayinya di atas 4 kg dan panggulnya kecil, sebaiknya jangan ambil risiko, langsung operasi.
2. Minta keterangan secermat mungkin, kapan waktunya persalinan.
3. Minta informasi pula tentang tanda-tanda persalinan maupun komplikasi persalinannya. Misal, bila persalinan mengalami kemacetan atau ketuban pecah dini.
4. Jaga status gizi saat hamil. Dengan demikian tenaga saat persalinan akan bagus.
5. Jangan malas melakukan senam hamil. Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot, belajar bernapas selama persalinan, dan mengatur tenaga. Bukankah waktu mulas, otot akan kencang semua? Nah, saat itulah tarik napas dan lemaskan otot-otot supaya irit tenaga. Siap untuk mengejan nanti.
6. Siapkan barang-barang yang diperlukan selama dirawat di RS seperti kain panjang, baju ganti, makanan kecil, buku bacaan, dan sebagainya.
7. Bila ada tanda-tanda memasuki fase proses persalinan, hubungi dokter atau segera datang ke RS bersalin.

Tidak ada komentar: