Penting, lo, Bu, agar kondisi ibu segera pulih seperti sediakala dan terhindar dari berbagai infeksi
Banyak ibu yang beranggapan bila sudah melahirkan dengan selamat, berarti semua urusan sudah selesai. Padahal, masih ada yang harus diperhatikan, yaitu perawatan pasca melahirkan atau perawatan nifas. Karena kalau tidak diperhatikan, bisa saja terjadi demam, komplikasi, infeksi, dan sebagainya. Sebenarnya apa saja, sih, perawatan pasca melahirkan itu? Yuk, kita simak penjelasan dr. Hj. Hasnah Siregar, Sp.OG dari RSIA Hermina, Jakarta.
PENDARAHAN
Perawatan pasca melahirkan ini sangat tergantung dari bentuk persalinannya. Apakah persalinannya normal, memakai vakum, atau bedah caesar.
Pada persalinan normal, dokter biasanya akan memantau 2 jam pertama di kamar pemulihan. "Dipantau kesadarannya, tekanan darahnya, pernafasannya, serta perdarahan pervaginam," terang Hasnah.
Sebab, lanjut Hasnah, bisa saja timbul perdarahan yang abnormal. "Perdarahan yang normal harus berjumlah di bawah 500 cc, sejak dari persalinan hingga pemulihan." Namun kalau lewat dari 500 cc sudah dianggap perdarahan, jika terjadi dalam waktu 24 jam dinamakan perdarahan dini. "Ia harus diteliti lagi, kenapa terjadi perdarahan banyak tersebut? Apakah rahimnya tidak mau berkontraksi atau jalan lahirnya robek?"
Jika rahimnya tak mau mengkerut secara otomatis, maka pembuluh darah tetap akan terbuka, akibatnya timbul perdarahan. Untuk itu akan diberi obat-obatan agar bisa mengkerutkan rahim itu. Sedangkan, kata Hasnah, jika rahimnya bagus, maka jalan lahirnya yang harus diteliti, dibongkar lagi dari bawah. Kalau-kalau ada hematom, yaitu bila ada pembuluh darah di bawah jahitan yang tidak ikut terjahit, sehingga bisa perdarahan di bawah jahitan tadi. Nah, kalau ini terjadi, vagina bisa membengkak sebesar kelapa. Untuk itu harus dibersihkan, kemudian dijahit kembali. "Kalau sebelum 24 jam, jaringan masih segar sehingga penjahitan ulang masih bisa dilakukan. Tapi kalau lebih dari 24 jam, jaringannya akan rapuh, sehingga kita mesti tunggu membaik kembali baru dilakukan penjahitan ulang. Untuk itu jalan lahir harus selalu dikompres," papar Hasnah.
Namun jika rahim sudah bagus, jalan lahir juga baik, maka ada kemungkinan terdapat kelainan darah. Misalnya, darah sukar membeku. "Terutama terjadi pada bayi yang meninggal di dalam dan dalam waktu 2 minggu tak segera dikeluarkan, maka akan mengganggu pembekuan darah." Juga pada plasenta yang lepas duluan, emboli (sumbatan pembuluh darah di paru-paru), pada ibu-ibu yang sering melahirkan, anestesi yang terlalu dalam pada persalinan caesar, hamil kembar atau kembar air (hidramnion), serta anaknya terlalu besar, juga bisa membuat perdarahan."
Kalau sudah bisa diatasi semua, dokter akan menghitung Hb-nya. "Kalau di bawah delapan, berarti harus ditransfusi."
Sebab, pada perdarahan yang sangat hebat, terang Hasnah lebih lanjut, bisa mengakibatkan sindrom Sheehan. "Si ibu jadi tidak berdaya, lemah, tensi darah turun, anemia, berat badan turun terus hingga kurus kering, alat-alat genitalnya jadi mengecil (termasuk payudaranya jadi kecil), rambut di ketiak dan kemaluan jadi tidak ada, metabolisme menurun dan tidak mens lagi." Sindrom ini terjadi karena adanya kerusakan di otak. "Pada perdarahan hebat, misalnya hingga 4000 cc, maka terjadi hipoksia."
Perdarahan pun bisa saja terjadi setelah lewat dari 24 jam. "Biasanya kala si ibu sudah pulang ke rumah. Ini dinamakan perdarahan sekunder. Reaksi yang lambat. Bisa jadi karena plasenta atau sisa ketuban masih tersisa di dalam, atau tumpukan dari bekuan darah dalam rahim."
Namun jika tidak terjadi perdarahan dan semuanya baik, maka setelah 2 jam pemulihan, si ibu akan dikirim ke ruang rawat inap. Sementara pada persalinan yang ditindak, seperti dengan vakum atau forcep, akan diteliti apakah robekannya jadi lebih luas. "Karena bila dengan alat biasanya robeknya luas, dalam, dan tidak teratur. Jadi, harus lebih teliti dalam mengoreksinya kembali. Jahitannya harus hati-hati, jangan sampai salah kontruksi jahit. Pembuluh darah sebaiknya bisa diblokir semua. Karena jika salah dalam penjahitan, bisa mengakibatkan perdarahan."
Sementara pada persalinan dengan caesar, terutama caesar darurat, "karena sifatnya emergensi, maka pasien tidak puasa, sehingga kita harus lebih teliti lagi setelah operasi. Apakah ada muntah karena ia tak puasa tadi? Takutnya sisa makanan tersebut sampai ke paru-paru, yang akan mengakibatkan pneumonia. Bagaimana pula luka operasinya, apakah ada darah? Adakah perdarahan per vaginam?"
INFEKSI PADA NIFAS
Perdarahan tersebut bisa memacu infeksi. "Infeksi pada nifas itu, kan, dipicu oleh keadaan yang menurunkan daya tahan penderita. Nah, karena perdarahan banyak, maka daya tahan pasien juga jadi lemah, kan?"
Selain itu, infeksi juga bisa terjadi pada kasus:
* keracunan kehamilan atau eklampsia,
* pada penderita pneumonia atau penyakit jantung,
* kelahiran yang lama, misalnya pembukaannya lambat,
* ketuban yang pecah sudah lama baru lahir,
* tindakan bedah yang robeknya kemana-mana, karena pembuluh darah banyak yang terbuka,
* tertinggalnya sisa ari-ari atau selaput ketuban,
* bekuan darah yang tertinggal dalam rahim, sehingga tak bisa keluar.
Infeksi ini umumnya ditandai dengan temperatur tinggi melebihi 38 derajat. "Jadi kalau suhunya tinggi harus waspada, bukan hanya sekadar kurang minum, lo." Nah, penyebab infeksi ini harus segera dicari tahu, misalnya dengan melakukan kultur air seni dan cairan vagina. Tujuannya untuk memberikan obat yang tepat sesuai jenis kuman. Kalau infeksi ini terlambat ditangani, bisa seluruh tubuh terkena infeksi.
MENORMALKAN ALAT KELAMIN
Untuk menormalkannya kembali, terang Hasnah, tergantung jenis persalinannya. Jika normal, dalam waktu 40 hari pun sudah sembuh, hanya belum seperti sediakala. "Ya, idealnya sekitar 1-2 bulan."
Sedangkan jika menggunakan forcep atau vakum, harus melihat apakah rektumnya sobek atau tidak? Karena jika terjadi robekan di daerah ini, ibu berpantang makan makanan berserat sampai seminggu. "Dan diberi obat pencahar serta makan makanan yang lembek. Pokoknya, BAB-nya tidak boleh keras."
Sebaiknya, vagina juga selalu dibersihkan. Seusai buang air, harus digosok menggunakan sabun pada semua bagian. Tentunya dengan baby soap yang natrium hidroksidanya tidak tajam." Memang, aku Hasnah, bekas jahitan itu bila disentuh akan terasa sakit.
Sebab, ujar Hasnah, jika hanya sekadar disiram, lemak-lemak yang bertumpuk pada vagina bisa menjadi lengket. "Lama-lama akan terjadi infeksi. Dan akan membuat jahitan terlepas kembali."
Jika telanjur infeksi dan menjadi bengkak, ujar Hasnah, jalan lahir tersebut harus dikompres siang malam dengan rivanol, supaya jaringannya segar kembali. "Karena jaringannya bisa busuk dengan adanya kuman-kuman."
MENORMALKAN RAHIM
Jika melahirkan normal, rahim secara otomatis akan mengkerut dengan sendirinya. "Pada saat sebelum lahir, rahim akan membesar hingga setinggi diafragma. Nah, pas bayi lahir, rahim akan mengkerut hingga mencapai pusat. Saat ari-ari lahir, ia berada 2 jari di bawah pusat. Sesudah hari ke-5, dia berada di bawah pusat antara pertengahan tulang kemaluan dan pusat. Hari ke-12, rahim sudah tidak teraba kembali."
Nah, patut dicuriga jika pengkerutan rahim tidak mengikuti rumus tersebut. "Bisa karena ada sesuatu yang tertinggal di dalamnya, misalnya ari-ari atau ketuban. Pencariannya dilakukan dengan kuret, misalnya."
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah mengkerutkan kembali saluran kencing dan BAB yang kendor gara-gara membesarnya rahim. Dan penggantung ini tidak akan langsung mengkerut secara otomatis. Setidaknya dikencangkan kembali lewat senam vagina. "Karena akan mengganggu jika dibiarkan kendor. Ibu akan tak bisa menahan kencing. Tertawa sedikit saja, keluar kencingnya."
SULIT BUANG AIR
Usai melahirkan, ibu disarankan untuk banyak minum, minimal 2-3 liter per hari. "Seperti halnya got, agar bersih, kan, harus banyak disiram air. Demikian pula jalan lahir."
Nah, jika banyak minum tapi sulit kencing, sebaiknya ibu harus waspada. "Keluhan ini paling sering terjadi sehabis melahirkan." Jika sulit kencing, ujar Hasnah, kemungkinan besar ada infeksi pada saluran kencing. "Bisa jadi juga psikis, takut jahitannya terkena air kencing dan membuka kembali. Kencing pun ditahannya. Padahal itu justru bahaya karena bisa mengakibatkan infeksi pada ginjal."
Jika sudah terjadi demikian, terpaksa dipompa. Demikian juga kalau hanya dapat kencing tapi hanya sedikit-sedikit. Untuk itu akan dilakukan pemompaan dengan sistem buka-tutup. "Hingga kandung kencing itu sudah terlatih untuk mengisi dan mengeluarkan seperti sediakala." Karena jika kandung kencing itu sudah terlanjur penuh dan membesar, akan sulit mengecil kembali. Ia akan mengeluarkan kencing jika penuh dulu baru bisa dikempiskan. Namun dengan cara buka-tutup ini, tanpa menunggu membesar kencing sudah bisa dikeluarkan.
Buang air besar pun menjadi keluhan yang sering terjadi. "Bisa jadi memang karena makannya tak beres." Tapi, jika dalam waktu 2x24 jam tak kunjung buang air besar akan dirangsang dengan obat.
HARUS BERGERAK
Kendati merasa lelah, ibu tidak boleh malas bergerak agar terhindar dari pembengkakan. "Pada persalinan normal, 8 jam sesudahnya ibu diharapkan sudah mobilisasi." Supaya sirkulasi darahnya menjadi baik dan juga untuk mencegah trombosis (penyumbatan pada pembuluh darah pada kaki).
Ibu tak perlu khawatir jahitan akan lepas dengan bergerak. Setelah 24 jam, jahitan itu sudah bertaut, kok. "Jadi, selain untuk sirkulasi, mobilisasi juga perlu agar jahitannya tak beku."
Malah, pada jaman dulu, ibu yang baru melahirkan disuruh duduk di batu panas. Secara medis, kata Hasnah, itu dapat dibenarkan, karena dengan demikian sirkulasi jadi baik. Sekarang dilakukan dengan diatermi (pemanasan vagina selama 15 menit).
Tentu saja, mobilisasi ini tidak langsung harus dilakukan begitu usai melahirkan. Bila segalanya dalam kedaaan baik, ibu boleh tidur terlebih dulu. "Tetapi bila terjadi perdarahan, ibu tidak boleh tidur. Kalau tidur, kita tak bisa menduga apakah ia tidur atau syok."
Sedangkan, jika persalinan melalui bedah caesar, ia harus bergerak setelah 24 jam. Dengan catatan, setelah 12 jam operasi tidurnya harus miring kiri dan kanan, agar tidak terjadi penumpukan volume darah pada salah satu pembuluh darah.
KELUHAN PADA MATA
Kendati jarang, ada beberapa ibu yang memiliki keluhan pada daerah mata, misalnya mata merah dan pandangan menjadi kabur setelah melahirkan.
"Jika terasa kabur atau tegang, barangkali karena selama bersalin ia tidak tidur, sehingga matanya terasa berat." Dan penurunan Hb dalam darah turut mempengaruhi kondisi ini. "Pandangan mata ini akan pulih seiring dengan membaiknya kondisi Hb." Untuk membantunya, para ibu cukup dengan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. "Jika Hb-nya rendah sekali, akan dibantu dengan transfusi."
Namun, jika gangguan mata ini terjadi karena mengejan yang terlalu kuat sehingga mengakibatkan mata merah dan pembuluh darah pecah, maka terapi yang harus dilakukan adalah dengan mengkompresnya memakai boorwater. Dulu, ibu-ibu sering memakai ramuan pilis yang dioles di kening untuk merilekskan mata, karena sifatnya mendinginkan.
Masalah mata menjadi serius jika diakibatkan keracunan kehamilan atau eklampsia. Gangguan ini bisa permanen, bisa juga temporer. "Artinya, bisa sembuh jika tensinya normal kembali."
LOKIA
Lokia adalah cairan yang berasal dari rahim dan vagina saat masa nifas. Ada 4 macam lokia, yaitu lokia rubra/kruenta yang terjadi pada hari pertama dan kedua dengan warna merah, yang terdiri dari darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel sisa bulu-bulu anak, serta kotorannya anak. Kedua, lokia sanguinolenta yang keluar pada hari ketiga terdiri atas darah plus lendir. Seperti darah menstruasi. Ketiga, lokia serosa. Kira-kira lamanya keluar seminggu terdiri dari cairan yang tidak berdarah lagi (putih). Terakhir, lokia alba yang baru keluar setelah dua minggu persalinan, terdiri dari cairan putih saja. Tidak ada sel-sel yang keluar lagi.
"Lokia ini tidak berbau atau gatal. Nah, kalau lokia Anda berbau, berarti ada infeksi antara rahim dengan vagina." Juga, ibu harus waspada, ingat Hasnah, jika sudah lewat dua hari yang keluar masih lokia rubra. Jadi, harus diperhatikan dari segi jumlah, warna, serta lamanya keluar. "Pendek kata, aturannya harus cocok dengan tahapan-tahapan lokia. Kalau tidak, berarti ada gangguan patologis."
Yang jelas, lokia berbeda dengan perdarahan. "Jika lebih dari sehari masih keluar darah segar berarti perdarahan. Sedangkan pada lokia cairan yang keluar tidak deras mengucur."
Nah, ibu, sebaiknya gangguan sekecil apa pun segera laporkan pada dokter atau penolong persalinan, agar bisa ditangani dengan baik. Begitu, kan?
Indah Mulatsih (nakita)
PENGGUNAAN JAMU TRADISIONAL
Jamu tradisional perawatan pasca melahirkan, ujar Hasnah, boleh saja dipakai. "Hanya, jangan makan jamu kalau ada gangguan fungsi liver, misalnya hepatitis B. Atau kalau anaknya pernah kuning. Perhatikan juga masa kadaluarsanya. Jangan-jangan jamu tersebut malah sudah berjamur."
Jamu tradisional perawatan pasca melahirkan, ujar Hasnah, boleh saja dipakai. "Hanya, jangan makan jamu kalau ada gangguan fungsi liver, misalnya hepatitis B. Atau kalau anaknya pernah kuning. Perhatikan juga masa kadaluarsanya. Jangan-jangan jamu tersebut malah sudah berjamur."
Sebaiknya jika mau minum jamu, saran Hasnah, buatlah sendiri. "Kecuali untuk jamu-jamu yang dioles, seperti untuk pilis atau yang diusapkan ke perut."
Yang sangat tidak dianjurkan, tanda Hasnah, pemakaian jamu yang ditaburkan ke vagina. "Karena vagina bisa lengket dan infeksi. Nah, kalau sudah lengket, malah menyulitkan hubungan intim. Lantas, kalau sudah begitu, vagina harus dipisahkan lagi dengan operasi, lo."
Untuk itu, saran Hasnah, jika hendak memakai jamu tradisional, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kandungan yang menangani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar