Rabu, 04 Juni 2008

Bayi Kuning, Berbahayakah?

Tidak tega rasanya melihat si kecil diterapi sinar. Tapi bila tidak begitu, dapatkah jaundice atau kuning mengancam nyawa si kecil?

Sebuah e-mail yang masuk ke milis M&B berbunyi demikian: “Bayi saya harus menginap di RS, karena kadar bilirubin-nya tinggi. Terpaksa ia diterapi sinar biru. Sebetulnya berbahayakah kuning itu?” tulis seorang ibu yang cemas.

Bayi Kuning Normal Terjadi

Pigmen dalam darah yang bernama bilirubinlah yang menjadi faktor dari kuningnya kulit si kecil. Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel darah merahnya. Setiap jangka waktu tertentu, sel darah merah itu akan mati dan menguraikan sel-selnya, diantaranya menjadi bilirubin. Normalnya, yang bertugas menguraikan bilirubin tersebut adalah lever atau hati, untuk kemudian dibuang lewat BAB. Saat bayi masih dalam kandungan, hati sang ibulah yang mengambil tugas menguraikan bilirubin dalam sel darah merah bayi. Ketika ia lahir, hati bayi yang belum sempurna belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Akibatnya terjadinya penumpukan bilirubin sehingga menyebabkan timbulnya warna kuning pada kulit bayi. Jaundice ini tergolong jaundice fisiologis dan bisa terjadi pada 50% bayi baru lahir.

Begitu bayi lahir, dokter anak akan segera memeriksa kesehatannya. Kadar bilirubin sendiri baru bergerak pada hari ke-3 atau ke-5 setelah kelahiran. Jadi apakah tingkat bilirubin bayi Anda normal atau tidak, baru diketahui setelah tiga atau lima hari. Untuk mengetahuinya dilakukan pemeriksaan darah. Ssi kecil akan diambil darahnya sedikit, biasanya di ujung jari kaki, kemudian diteliti di laboratorium. Jaundice fisiologis mulai timbul pada hari ke-2 atau ke-3, dan biasanya memuncak pada hari ke-4 atau ke-5. Bila Anda merawat si kecil dengan benar di rumah, maka dalam waktu dua minggu biasanya jaundice sudah hilang.

Bila Anda melahirkan normal, pada hari ke-3 biasanya Anda sudah kembali ke rumah. Kalau begitu, Andalah yang seharusnya akan mengenali gejala kuning itu. Inilah caranya memeriksa di rumah: bawalah si kecil ke dalam ruangan yang memilki penerangan yang jelas, atau dengan lampu fluorescent. Bila kulit bayi Anda tergolong putih, tekanlah jari Anda secara perlahan ke bagian dahi, hidung, atau dada. Kemudian, angkat tangan Anda dan perhatikan, adakah semburat warna kuning pada bagian tubuh yang Anda tekan tadi. Bila kulit bayi Anda tergolong hitam, paling jelas Anda bisa meneliti pada gusi atau bagian putih di area mata.

Hubungan Jaundice dengan ASI

Timbulnya jaundice memang sering dihubung-hubungkan dengan ASI. Ada dua tipe jaundice yang berhubungan dengan ASI, yaitu jaundice karena kurang ASI yang disebabkan adanya masalah dalam proses menyusui (breastfeeding jaundice), atau karena masalah pada ASI itu sendiri (breast milk jaundice).

Breastfeeding jaundice timbul ketika bayi kekurangan cairan yang masuk ke dalam tubuhnya, karena artinya ia tidak bisa mengeluarkan bilirubun lewat BAB-nya. Untuk mengatasinya, Anda harus meningkatkan frekuensi menyusui, minimal 8-12 kali dalam sehari. Jika Anda sudah merasa cukup menyusui, sebaiknya Anda perhatikan, apakah si kecil benar-benar mengisap atau hanya mengempeng saja. Bila Anda merasa ada masalah dalam menyusui, segera lakukan konsultasi di klinik laktasi terdekat.

Terkadang, kandungan dalam ASI dapat menyebabkan tubuh bayi tidak dapat menguraikan bilirubin. Tapi kasus ini jarang terjadi, dan baru dapat dikenali pada setelah bayi berumur satu minggu, dan memuncak pada minggu ke- 2 dan 3. Breast milk jaundice bisa terjadi berbarengan dengan jaundice fisiologis. Jika kadar bilirubin si kecil terlalu tinggi, dokter mungkin akan meminta Anda untuk berhenti menyusui, satu atau dua hari. Jika kadar bilirubin sudah turun dan tergolong normal, Anda bisa kembali menyusui.

Waspadai, Jangan Ditakuti

Sebetulnya jaundice tidak berbahaya. Namun jika tidak ditangani dengan tepat, kadar bilirubin terus meningkat hingga meracuni otak. Kondisi akut akibat bilirubin yang meracuni otak di masa awal kehidupan bayi disebut acute bilirubin encephalopathy. Bila tidak ditangani dengan segera bisa menyebabkan kerusakan pada saraf dan menyebabkan kecacatan seperti tuli, pertumbuhan yang terhambat, atau cerebral palsy (kelumpuhan pada otak besar).

Bayi baru lahir yang memiliki saudara yang juga mengalami jaundice, kemungkinan besar juga akan mengalami hal yang sama. Begitu juga bayi yang lahir prematur, karena hatinya yang belum matang belum sanggup untuk menguraikan bilirubin dari sel darah merah.

Phototherapy

Sebagian besar kasus jaundice tidak membutuhkan penanganan khusus selain melanjutkan ASI. Namun jika dianggap mengkhawatirkan, jaundice memerlukan phototherapy atau bililight.
Terapi bililight menggunakan sejumlah sinar fluorescent yang diletakkan di atas inkubator. Biasanya begitu mengetahui kadar bilirubin bayi cukup tinggi, pihak rumah sakit akan segera mengambil tindakan dengan memberikan phototeraphy. Sinar tersebut dapat membantu menguraikan bilirubin dari sel darah merah, sehingga meringankan kerja lever bayi.

Agar tubuh bayi dapat terkena sinar secara maksimum, maka bayi akan dibiarkan telanjang saat dimasukkan ke dalam inkubator. Matanya pun ditutup untuk menghindari sinar. Terapi ini bisa berlangsung hingga beberapa hari, tergantung kadar bilirubin dalam darahnya. Namun Anda tak perlu khawatir si kecil akan kelaparan, ia akan tetap diberi susu sesuai waktunya oleh perawat yang menanganinya. Jadi selama dirawat, Anda bisa memompa ASI untuk kemudian dititipkan kepada perawat.

Tidak ada komentar: